ADAT ISTIADAT MASYARAKAT NIAS
I.
Latar
Belakang Masyarakat Nias
Penelitian Arkeologi telah dilakukan
di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di media masa
menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang
bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada
indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari
Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya
Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga
diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah
yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.
Masyarakat Nias juga mengenal sistem kasta. Ada dua belas tingkatan
kasta. Dari tingkatan kasta yang ada, yang tertinggi adalah “Balugu”. Untuk
mencapai tingkatan ini, seseorang harus mampu mengadakan pesta besar selama
berhari-hari dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ratusan/ekor babi.
Biasanya orang-orang yang melakukan ini adalah mereka yang memiliki harta dan
emas.
2.
Budaya
Adat Masyarakat Nias
Indonesia adalah Negeri yang kaya
akan budaya dan suku didalamnya. Budaya yang ada di Indonesia sangatlah beragam
baik dalam sisi kesenian, budaya atau kebiasaan, makanan, kepercayaan dan lain
lain. Dalam pembahasan saya kali ini saya akan membahas kebudayaan yang ada di
pulau Nias. Pulau Nias yang terletak di sebelah barat pulau Sumatra lebih
tepatnya terletak kurang lebih 85 mil laut dari Sibolga ,daerah Provinsi
Sumatera Utara.
A.
Pakaian
Adat Nias

Pakaian adat di Nias merupakan simbol atau penanda bagi daerah
Nias. Pakai adat yang digunakan pada laki-laki bernama baru oholu dan pakaian
adat pada perempuan dinamakan oroba si’oli. Pakaian adat tersebut biasanya
berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam,
merah, dan putih. Adapun cerita dari setiap warna baju itu sendiri antara lain:
Warna
kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Ni’obakola) dan pola bunga
kapas (Ni’obowo gafasi) digunakan para bangsawan untuk menggambarkan kejayaan
kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.
Warna
merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo atau ni’ogona) dipakai
oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para
prajurit.
Warna
hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi kesedihan,
ketabahan dan kewaspadaan.
B.
Rumah
Adat Nias

Bagi setiap suku rumah adat merupakan salah satu lambang dari
kebudayaan yang mereka miliki. Begitu juga dengan suku Nias, bagi suku Nias
rumah adat mereka merupakan simbol kemegahan. Rumah adat mereka dikenal dengan
istilah OMO HADA. Omo hada terbagi atas 3 bagian berdasarkan bentuk atap, denah
lantai, dan bangunan. Tipe yang terdapat dalam rumah adat Nias berbeda pada
setiap daerahnya yaitu :
v Nias Utara : bentuk
atapnya bulat dan bentuk denahnya oval
v Nias Tengah : bentuk
atap bulat dan bentuk denah segi empat
v Nias Selatan : bentuk
atap segi empat dan bentuk denahnya persegi
Di belakang
ruang Tawalo adalah ruang Forema yaitu ruang untuk keluarga dan tempat untuk
menerima tamu wanita serta ruang untuk makan para tamu agung. Di ruang ini juga
terdapat dapur dan disampingnya adalah ruang tidur. Di suku Nias Selatan ada
pembagian kasta dan kedudukan dalam kehidupan masyarakatnya yaitu :
Ø golongan bangsawan atau si
Ulu
Ø golongan pemuka agama atau
Ene
Ø golongan rakyat biasa atau
ono embanua
Ø golongan Sawaryo yaitu
budak
C.
Ragam
Makanan Khas Adat Nias
·
Gowi Nihandro, Gowi Nitutu (Ubi tumbuk)

·
Harinake (Daging babi cincang dengan cacahan yang kecil-kecil)
·
Godo-godo (Singkong/ ubi yang diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian
direbus setelah matang di taburi dengan kelapa yang sudah di parut)
·
Köfö-köfö (Daging ikan yang dihancurkan, dibentuk bulat dan
dijemur/dikeringkan/diasap)
·
Ni'owuru (Daging babi yang sengaja diasinkan agar bisa bertahan lama)
·
Raki gae (Pisang goreng)
·
Tamböyö (Ketupat)
·
Loma (Beras ketan yang dimasak dengan menggunakan buku bamboo)

·
Bahan - bahan
:
·
½ kg tepung
ketan
·
1 butir kelapa
muda diparut halus
·
Garam
(secukupnya)
·
Gula (sesuai
selera )
·
Daun pandan (
Usahakan daunnya yang besar supaya enak di gulung.
·
Lidi/tusuk
gigi ( dengan di potong kecil
Cara membuat Kue Sifutu Banio :
1.
Campurkan
kelapa parut dengan gula dan garam secukupnya,kukuslah -/+ 15 menit! (dikukus
supaya kelapanya awet) ( tahan lama),lalu dinginkan.
2.
Gulung daun
pandan dan rekatkan ujung satu dengan ujung lainnya memakai lidi .
3.
Campurkan
tepung ketan dengan kelapa parut yang sudah dikukus, jika adonan terlalu keras
atau tidak menyatu bisa anda tambahkan sedikit air. Oy, tepung ketannya
dicampur sedikit demi sedikit sambil diaduk rata ya.
4.
Daun pandan yg
sudah digulung isi dengan adonan tepung.
5.
Kukus -/+ 15
menit lalu angkat,dinginkan atau bisa juga di hidangkan selagi panas-panas,
pokoknya sesuai seleralah.
D.
Lompat
Batu (Fahombo)

Kebudayaan adat yang paling terkenal di Pulau Nias adalah tradisi lompat
batu. Tradisi lompat batu ini biasanya disebut dengan fahombo atau hombo batu.
Kebudayaan adat fahombo atau lompat batu ini bisa ditemukan di Desa Bawo
Mataluo (Bukit Matahari), teluk dalam dan Kabupaten Nias Selatan. Fahombo hanya
dapat dilakukan oleh para lekaki saja dan tidak diperbolehkan oleh para wanita
untuk mengikuti adat ini. Tradisi yang dijalankan masyarakat nias ini telah
berlangsung selama berabad-abad. Kebudayaan adat lompat batu atau fahombo
diwariskan secara turun – temurun pada setiap keluarga dari ayah kepada anak
lelakinya. Tradisi
Gaya-gaya yang berani mereka lakukan adalah gaya menarik pedang,
dan ada juga gaya dengan menjepit pedangnya menggunakan gigi. Para wisatawan
yang datang ke Pulau Nias ini kebanyakan ingin melihat atraksi fahombo atau
hombo batu yang dilakukan oleh para pemuda Nias. Karena bagi para turis asing
atau pengunjung yang datang ke Pulau Nias tidak akan puas rasanya apabila
mereka tidak melihat pemuda Nias melakukan loncatan batu atau fahombo. Itulah
sebabnya masyarakat Pulau Nias telah menjadikan tradisi fahombo menjadi
kegiatan dan aktivitas yang komersial. Disisi lain para pemuda ada yang memaksa
para wisatawan untuk membayar apabila ingin melihat lompat batu atau fahombo.
E.
Tari Perang (Fatele atau foluaya)

Tari Fataele tidak bisa dipisahkan dengan tradisi Lompat Batu Nias,
karena lahirnya berbarengan dengan tradisi Homo Batu. Dan tari fataele dan
hombo batu sama-sama memiliki fungsi sebagai pelindung kampung. Dahulu kala
Suku Nias sering berperang antarkampung. Awal mula tari perang ini muncul pada
saat masyarakat desa melakukan ronda atau yang dikenal di Nias adalah Fana’a.
Pada saat melakukan ronda mereka mendengar aba-aba bahwa desa mereka diserang
oleh musuh, maka seluruh prajurit berkumpul untuk kembali menyerang musuh. Pada
waktu penyerangan atau pertempuran yang penduduk desa lakukan, mengambil semua
peralatan yang mereka butuhkan pada saat perang. Para prajurit yang akan
berperang kemudian memegang perisai dan tombak. Tombak pada tangan kanan
digunakan sebagai alat untuk melawan serangan dan menyerang musuh. Sedangkan
Perisai yang dipegang pada tangan kiri mereka digunakan sebagai alat untuk
melindungi para prajurit perang dari serangan musuh ketika musuh menyerang,
apabila musuh menggunakan senjata maupun alat yang bisa mematikan atau mencabut
nyawa prajurit.
F.
Perkawinan
Suku Nias

Perkawinan dalam adat Nias merupakan hal yang paling penting dan
sangat bersifat sakral. Perkawinan dalam adat Nias sudah ditentukan dengan
siapa dia akan menikah, pertunangan itu dimulai sejak anak-anak. Selama proses
pertungan hingga akhirnya nikah, sang gadis tidak boleh memperlihatkan dirinya
ke pasangannya. Perkawinan boleh dilakukan dnegan kerabat mereka sendiri,
tetapi harus mencapai 10 tingkatan atau 10 generasi. Perempuan dianggap sebagai
sumber kehidupan, menikahi perempuan di
Nias disebut juga MANGAI TANOMO NIHA ( mengambil benih manusia ) yang terdapat
pada pihak perempuan yang disebut dengan istilah UWU atau Sibaya atau Ulu (
artinya = paman /saudara ibu ). Perempuan dilambangkan sebagai hulu atau
kehidupan dan laki-laki disimbolkan sebagai hilir atau kematian. Maka untuk
memiliki kehidupan, lelaki harus melawan arus sungai atau manoso disebut Soroi
Tou, menuju hulu atau pihak perempuan yang berada diatas ngofi atau tepian
sungai kehidupan itu.
Tahap-tahap dalam mencari jodoh adalah sebagai berikut :
a. Manandra Fangifi
(Daerah Tuhegewo, Amandraya, Aramo) artinya yaitu mereka melihat jodonya baik
atau tidak berdasarkan mimpi calom mempelai laki-laki.
b. Famaigi todo manu
(Lolowa’u) artinya yaitu melihat jodoh baik atau tidak dari pemeriksaan jantung
ayam.
Ketika sang mempelai laki-laki telah menemukan jodohnya, maka
selanjutnya mempelai laki-laki harus melakukan beberapa adat atau langkah yang
harus dilakukan oleh mempelai laki-laki. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut :
1. Kunjungan kerumah mertua (Fangoro)
Pihak laki laki yang akan melamar mempelai perempuan, menyampaikan
lamaran secara resmi kepada pihak perempuan. Sebagai tanda jadi peminangan
diserahkan Afo si Sara, yang berupa :
· Tawuo = sirih
· Betua = kapur sirih
· Gambe = gambir
· Fino = pinang
· Bajo = tembakau
Yang kemudian
semua daun lembar sirih sebanyak 100 disusun dan kemudian dibungkus dengan
rapi. Pertunangan ini memiliki acara ini dan secara resmi yang berlangsung di
rumah pihak perempuan. Pada proses tahapan ini masih longgar atau yang dikenal
dengan istilah fohu-fohu bulu ladari ( diikat dengan dun ladari ). Dan masih
dapat dibatalkan dengan resiko apapun juga. Pada acara pertungan didaerah moro
dikenal dengan sebutan famaigi bowo. Acara pertungan ini dipimpin oleh satua
famigi bowo atau seorang pembawa acara
meliputi :
Penyerahan
babi jantan hidup yang berukuran 7 alisi (50 kg). Penyerahan Afo si Sara
(sirih) kira-kira 100 lembar,gambir 25 biji ,tembakau 1 ons, pinang 20 biji,
kapur sirih 1 ons, dibungkus dengan baik, dalam bungkusan diselipkan cincin
belah rotan (suasa) untuk bahan tukar cincin, jika dipakai cincin emas dianggap
menantang pihak perempuan tentang jujuran.
Kepada
pihak mempelai perempuan disampaikan maksud dan tujuan kedatangan, kemudian
disambut oleh ketua adat pihak perempuan,setelah selesai lalu dilanjutkan makan
bersama.
2. Penentuan Jujuran (Fanema Bola)
Acara
penghitungan jujuran ini disebut femanga bawi nisila hulu ( = artinya seekor
babi dibelah dua dari kepala sampai ekor; separoh untuk perempuan dan
separohnya untuk lelaki. Kunjungan pihak perempuan ke rumah pihak lelaki tanpa
disertai penganten perempuan, hanya disertai saudara laki-laki dari pihak perempuan. Kedatangan pihak perempuan
disambut dengan memberikan 2 ekor babi besar (50 kg) untuk dimakan bersama,
kemudian babi dibelah sama rata. Sebagai simbol kesepakatan untuk mempersatukan
dua keluarga sebagai tanda pertunangan tidak dapat dibatalkan lagi. Jika batal
perempuan harus mengembalikan jujuran berlipat ganda atau pihak pria tidak
menerima jujuran jika batal sepihak oleh pria. Acara ini pertunangan mempunyai
nama yang berbeda pada setiap daerahnya yang
disebut dengan :
• Fanunu manu sebua ( Daerah Laraga )
• Famorudu nomo ( Moro’o)
• Fangerai bowo ( Daerah Aramo,To’ene)
• Fanofu bowo ( Bawomataluo )
• Mamalua angeraito bowo
Besarnya
jujuran yang harus dibayar oleh pihak laki-laki berbeda. Tergantung pada derajat
sosial dan wilayah adat yang dimiliki oleh pihak laki-laki tersebut. Derajat
sosial pada daerah Nias Selatan terbagi atas :
a. Si’ulu ( Kaum
Bangsawan )
b. Si’ila ( Kaum Cerdik
Pandai )
c. Sato ( Masyarakat
Awam )
Derajat sosial di Nias Utara, Tengah, Barat terbagi atas :
a. Bosi si siwa
b. Bosi siwalu
c. Bosi si fitu
3. Pembayaran Uang Mahar
Keluarga pria datang ke pihak perempuan untuk membayar mahar dengan
membawa seperangkat sirih dan 10 gram emas. Pihak perempuan menyambut dengan
menyediakan 3 ekor babi, untuk :
a. Satu ekor untuk rombongan yang datang.
b. Satu ekor untuk ibu pengantin pria
c. satu ekor lagi dibawa pulang hidup-hidup
4. Melihat Babi Adat
Pihak perempuan yang datang kemudian melihat kedua ekor babi
perkawinan yang telah disediakan oleh mempelai laki-laki. Cocok atau tidak
menurut persyaratan, kedua ekor babi tersebut melambangkan kedua pihak keluarga
mempelai, dan babi itu dipelihara secara khusus sejak kecil hingga pada
akhirnya besarnya mencapai sekitar 100 Kg atau bahkan lebih, babi tidak boleh
ada cacat pada tubuhnya, ekornya mesti panjang,
dan warna bulunya harus sama dan tidak boleh berwarna belang atau merah,
warnya harus satu hitam atau putih. Babinya harus berwibawa (terlihat dari
taring, ekornya ,bulu tengkuknya). Pada saat fanu’a bawi pihak pria harus
menyediakan dua ekor babi untuk dimakan secara bersama dan pada saat pihak
perempuan akan pulang kerumahnya mempelai laki-laki kemudian menyerahkan 10 gram emas dan sebagian daging babi tadi.
Materi acara dalam Fanu’a Bawi adalah :
® Menentukan hari dan
tanggal perkawinan (falowa)
® Persiapan sehubungan
perlengkapan perkawinan.
® Menghitung/mengingatkan
jumlah mahar yang masih belum dibayarkan
Besar bowo (mahar) ditentukan dengan tinggi rendahnya kedudukan
yang dimiliki dalam adat. Penerimaan Bowo adalah sebagai berikut :
® Tolambowo ( orang tua
kandung ) menerima 100 gram emas
® Bulimbowo ( famili
terdekat ) menerima 20 gram emas dan dibagi rata.
® Pelaksanaan penerimaan
bowo ini dilakukan pada waktu pesta perkawinan.
5. Mengambil beras bantuan (Fangai’ Bowo)
Setelah adat melihat babi, kemudian pihak perempuan datang kembali
kerumah pihak laki-laki untuk mengambil bantuan beras. Hal dilakukan sebagai
tanda bahwa perkawinan tidak boleh berubah lagi atau dibatalkan. Jumlah beras
yang diambil adalah sebanyak = 4 Zoe + 2 Lauru.
6. Nasehat untuk calon mempelai (Famae’e)
Pada saat acara fame’e dimulai maka dibunyikanlah gong (aramba) dan
gendang (gondra) secara terus menerus, hingga sampai hari pesta akan
dilaksanakan. Sang mempelai perempuan kemudian akan dipingit, untuk menjaga
kesehatan dan kecantikan yang dimilik. Dalam adat Suku Nias, peran paman sangat
dihormati (paman atau disebut sibaya, saudara laki-laki ibu sigadis)sebelum
pernikahan akan dilangsungkan, maka pihak perempuan melaksanakan Fogauni Uwu
(Mohon doa restu Paman untuk pelaksanaan pernikahan).
7. Mengantar babi adat (Folau Bwi)
Sehari sebelum perkawinan akan dimulai pihak laki-laki harus mengantar
kedua ekor babi perkawinan dan seekor pengiringnya ke rumah keluarga pihak
perempuan. Dua babi adat ini diberangkatkan dari rumah keluarga laki-laki
dengan menggunakan upacara adat
tertentu, dan disambut oleh pihak perempuan juga dengan upacara tertentu
sambil dengan mengucapkan syair yang berbalas-balasan. Kedatangan rombongan
pihak laki-laki disambut dengan memotong dua ekor babi yang dimakan bersama
yang kemudian juga akan dibawa pulang. Acara ini disebut Fondroni Bawi, dengan
rincian pembagian Babi Adat adalah sebagai berikut :
Babi
yang pertama yaitu babi yang paling besar untuk keluarga perempuan (So’ono) dan
pihak paman si gadis (Uwu)
Babi
yang kedua, di khususkan bagi warga kampung keluarga perempuan (Banua) dan
pihak laki-laki (Tome)
Menguliti dan memotong-motong babi ternyata tidak bisa dilakukan
sembarangan orang. Karena babi yang paling besar jatuh pada keluarga yang
paling dihormati oleh keluarga yang membuat
pesta, demikian seterusnya hingga babi yang paling kecil. Yang paling
sulit adalah melepas rahang (simbi) pada babi, karena simbi tidak boleh rusak.
Simbi adalah bagian paling berharga dari babi.
8. Pesta perkawinan dilakukan didua tempat
(Falowa)
§ Pesta perkawinan yang diadakan dirumah
mempelai perempuan.
Pada saat hari pernikahan sang paman datang dan disambut dengan
memotong dua ekor babi penghormatan, kemudian rombongan penganten Pria datang
membawa keperluan Pesta dan menyerahkan
sirih sebagai tanda penghormatan. Penyelesaian bowo untuk tolambowo (orang tua
kandung) menerima 100 gram emas dan Bulimbowo (famili terdekat) menerima 20
gram emas dan dibagi rata kepada semua famili. Demikian juga io naya nuwu
(mahar untuk paman) turut dibayarkan. Puncak acara dilaksanakan fanika gera’era
atau membuka yaitu perhitungan kembali semua
mahar (jujuran/bowo atau disebut juga boli gana’a (boli yaitu harga ana’a
artinya emas) baik yang sudah maupun yang belum dilunasi, oleh pihak keluarga
laki-laki . Arti bowo adalah budi baik. Setela acara diatas selesai kemudian
dilanjutkan dengan acara pemotongan Babi Adat, yang dipotong dengan cara,
dibelah dari atas sampai ekor dibagi 2. Yang kemudian dibagi sama rata susai
adat.
§ Mengantar penganten wanita (Famasao
Ni’owalu)
Pelaksanaan dirumah tempat laki-laki, Penganten perempuan kemudian
ditandu oleh saudara laki-laki si gadis di kursi tandu yang telah dihiasi. Di
rumah pihak laki laki rombongan disambut dengan upacara adat ( fangowai ) dan
tari maena serta doa salam serta sirih. Rombongan dijamu dengan pemotongan babi
yakni :
a. Ekor untuk yang
mengantar
b. 2 Ekor untuk same’go
( ibu penganten perempuan )
c. 2 Ekor untuk para
tamu
Penganten perempuan lalu diserahkan kepada pihak penganten laki
yang disambut oleh dua orang ibu muda yang belum mempunyai anak. Pengantin
wanita diberi nama baruatau gelar yang diawali kata saorta yang artinya
pelabuhan atau barasi yang artinya emas termahal yang mempunyai makna bahwa
pengantin perempuan telah menjadi anak mertuanya.
G.
Alat
Musik Tradisional Nias
Alat musik pukul

Koko (pentungan) merupakan jenis alat musik paling sederhana. Terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi antara 30 hingga 50 cm dan berdiameter antara 30 hingga 40 cm. Bagian tengahnya dilubangi hingga menyisakan dua atau tiga sentimeter di seluruh sisinya. Awalnya, koko berfungsi sebagai alat komunikasi antar penduduk untuk berkumpul saat ada pertemuan desa atau saat terjadi kemalangan. Namun, kini koko juga difungsikan sebagai alat musik pengiring. Cara memainkannya yakni dipukul menggunakan kayu berdiameter 5 cm dengan panjang yang disesuaikan dengan ukuran kokonya.

Koko (pentungan) merupakan jenis alat musik paling sederhana. Terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi antara 30 hingga 50 cm dan berdiameter antara 30 hingga 40 cm. Bagian tengahnya dilubangi hingga menyisakan dua atau tiga sentimeter di seluruh sisinya. Awalnya, koko berfungsi sebagai alat komunikasi antar penduduk untuk berkumpul saat ada pertemuan desa atau saat terjadi kemalangan. Namun, kini koko juga difungsikan sebagai alat musik pengiring. Cara memainkannya yakni dipukul menggunakan kayu berdiameter 5 cm dengan panjang yang disesuaikan dengan ukuran kokonya.
Alat Musik Gesek

Raba, alat musik gesek sejenis rebab
tapi ukurannya lebih kecil. Badan raba terbuat dari tempurung kelapa. Posisi
memainkannya bisa seperti biola (horizontal) atau bass (vertikal). Raba hanya
terdiri dari satu msenar.
Lagia,
alat musik yang hampir sama dengan rebab tapi ukurannya lebih besar. Lagia juga
hanya memiliki satu senar dan dimainkan dengan posisi vertikal. Badan lagia
terbuat dari pohon nibung. Menurut cerita, alat musik ini diciptakan oleh
seorang laki-laki bernama Ba’uruna. Ia seorang penderita kusta yang diusir dari
kampungnya. Untuk menghibur diri, ia membuat lagia lalu memainkannya.
Alat musik petik

Alat musik yang dimainkan dengan
cara dipetik ini adalah duri mbewe. Bentuknya seperti gunting kecil, terbuat
dari besi dan diberi kawat. Cara memainkannya adalah dengan menempatkannya
diantara bibir menggunakan tangan kiri, lalu jari telunjuk kanan yang memetik
kawat pada alat musik tersebut. Hanya satu nada saja yang dihasilkan.
Upacara
Adat Masyarakat Nias
Maluaya
Famadaya Hasi Zimate

Upacara adat selalu mewarnai kehidupan orang Nias mulai dari ketika
seseorang berada dalam kandungan, lahir, bertumbuh, hingga pada kematian. salah satunya adalah
pelaksanaan upacara kematian yang disebut “Maluaya Famadaya Hasi Zimate
(prosesi pengangkatan peti jenazah)”
Pelaksanaan upacara pelepasan jenazah ini bisa dikatakan sangat
jarang sekali dilaksanakan di Pulau Nias. Sebab, hanya orang-orang yang mampu
dan tergolong bangsawanlah, yakni(si’ulu) dan golongan penetua adat (si’ila),
yang mampu melakukan upacara ini. Untuk golongansi’ila tidak semua keluarga
boleh menyelenggarakan upacara adat ini, tergantung bagaimana peran almarhum di
masyarakat selama dia hidup.
Emperor Casino | Shootercasino
BalasHapusEmperor Casino is the premier online 바카라 casino and entertainment destination in the region. Discover unique and exclusive casino games, get the latest bonuses and Mobile Casino · About Us · 제왕 카지노 Contact worrione Us
The casino at Encore Boston Harbor has one more slot machines - JTM
BalasHapusthe 삼척 출장마사지 first-ever room-scale slot 안산 출장안마 machine inside a Wynn Resort in the and will offer the 부산광역 출장안마 newest slot machines at หาเงินออนไลน์ its new, upscale Encore Boston 김해 출장마사지 Harbor