Jumat, 21 Oktober 2016

Adat Istiadat Masyarakat Nias

ADAT ISTIADAT MASYARAKAT NIAS

I.                   Latar Belakang Masyarakat Nias

Penelitian Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di media masa menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.
Masyarakat Nias juga mengenal sistem kasta. Ada dua belas tingkatan kasta. Dari tingkatan kasta yang ada, yang tertinggi adalah “Balugu”. Untuk mencapai tingkatan ini, seseorang harus mampu mengadakan pesta besar selama berhari-hari dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ratusan/ekor babi. Biasanya orang-orang yang melakukan ini adalah mereka yang memiliki harta dan emas.
2.                  Budaya Adat Masyarakat Nias
Indonesia adalah Negeri yang kaya akan budaya dan suku didalamnya. Budaya yang ada di Indonesia sangatlah beragam baik dalam sisi kesenian, budaya atau kebiasaan, makanan, kepercayaan dan lain lain. Dalam pembahasan saya kali ini saya akan membahas kebudayaan yang ada di pulau Nias. Pulau Nias yang terletak di sebelah barat pulau Sumatra lebih tepatnya terletak kurang lebih 85 mil laut dari Sibolga ,daerah Provinsi Sumatera Utara.
A.                Pakaian Adat Nias
Pakaian adat di Nias merupakan simbol atau penanda bagi daerah Nias. Pakai adat yang digunakan pada laki-laki bernama baru oholu dan pakaian adat pada perempuan dinamakan oroba si’oli. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih. Adapun cerita dari setiap warna baju itu sendiri antara lain:
Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Ni’obakola) dan pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) digunakan para bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.
Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo atau ni’ogona) dipakai oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit.
Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.

B.     Rumah Adat Nias

Bagi setiap suku rumah adat merupakan salah satu lambang dari kebudayaan yang mereka miliki. Begitu juga dengan suku Nias, bagi suku Nias rumah adat mereka merupakan simbol kemegahan. Rumah adat mereka dikenal dengan istilah OMO HADA. Omo hada terbagi atas 3 bagian berdasarkan bentuk atap, denah lantai, dan bangunan. Tipe yang terdapat dalam rumah adat Nias berbeda pada setiap daerahnya yaitu :
v     Nias Utara : bentuk atapnya bulat dan bentuk denahnya oval
v     Nias Tengah : bentuk atap bulat dan bentuk denah segi empat
v     Nias Selatan : bentuk atap segi empat dan bentuk denahnya persegi

Di belakang ruang Tawalo adalah ruang Forema yaitu ruang untuk keluarga dan tempat untuk menerima tamu wanita serta ruang untuk makan para tamu agung. Di ruang ini juga terdapat dapur dan disampingnya adalah ruang tidur. Di suku Nias Selatan ada pembagian kasta dan kedudukan dalam kehidupan masyarakatnya yaitu :

Ø  golongan bangsawan atau si Ulu
Ø  golongan pemuka agama atau Ene
Ø  golongan rakyat biasa atau ono embanua
Ø  golongan Sawaryo yaitu budak

C.                 Ragam Makanan Khas Adat Nias
·                Gowi Nihandro, Gowi Nitutu (Ubi tumbuk)

·                Harinake (Daging babi cincang dengan cacahan yang kecil-kecil)
·                Godo-godo (Singkong/ ubi yang diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian direbus setelah matang di taburi dengan kelapa yang sudah di parut)
·                Köfö-köfö (Daging ikan yang dihancurkan, dibentuk bulat dan dijemur/dikeringkan/diasap)
·                Ni'owuru (Daging babi yang sengaja diasinkan agar bisa bertahan lama)
·                Raki gae (Pisang goreng)
·                Tamböyö (Ketupat)
·                Loma (Beras ketan yang dimasak dengan menggunakan buku bamboo)




·                Bahan - bahan :
·                ½ kg tepung ketan
·                1 butir kelapa muda diparut halus
·                Garam (secukupnya)
·                Gula (sesuai selera )
·                Daun pandan ( Usahakan daunnya yang besar supaya enak di gulung.
·                Lidi/tusuk gigi ( dengan di potong kecil
Cara membuat Kue Sifutu Banio :
1.             Campurkan kelapa parut dengan gula dan garam secukupnya,kukuslah -/+ 15 menit! (dikukus supaya kelapanya awet) ( tahan lama),lalu dinginkan.
2.             Gulung daun pandan dan rekatkan ujung satu dengan ujung lainnya memakai lidi .
3.             Campurkan tepung ketan dengan kelapa parut yang sudah dikukus, jika adonan terlalu keras atau tidak menyatu bisa anda tambahkan sedikit air. Oy, tepung ketannya dicampur sedikit demi sedikit sambil diaduk rata ya.
4.             Daun pandan yg sudah digulung isi dengan adonan tepung.
5.             Kukus -/+ 15 menit lalu angkat,dinginkan atau bisa juga di hidangkan selagi panas-panas, pokoknya sesuai seleralah.
D.            Lompat Batu (Fahombo)

Kebudayaan adat yang paling terkenal di Pulau Nias adalah tradisi lompat batu. Tradisi lompat batu ini biasanya disebut dengan fahombo atau hombo batu. Kebudayaan adat fahombo atau lompat batu ini bisa ditemukan di Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari), teluk dalam dan Kabupaten Nias Selatan. Fahombo hanya dapat dilakukan oleh para lekaki saja dan tidak diperbolehkan oleh para wanita untuk mengikuti adat ini. Tradisi yang dijalankan masyarakat nias ini telah berlangsung selama berabad-abad. Kebudayaan adat lompat batu atau fahombo diwariskan secara turun – temurun pada setiap keluarga dari ayah kepada anak lelakinya. Tradisi
Gaya-gaya yang berani mereka lakukan adalah gaya menarik pedang, dan ada juga gaya dengan menjepit pedangnya menggunakan gigi. Para wisatawan yang datang ke Pulau Nias ini kebanyakan ingin melihat atraksi fahombo atau hombo batu yang dilakukan oleh para pemuda Nias. Karena bagi para turis asing atau pengunjung yang datang ke Pulau Nias tidak akan puas rasanya apabila mereka tidak melihat pemuda Nias melakukan loncatan batu atau fahombo. Itulah sebabnya masyarakat Pulau Nias telah menjadikan tradisi fahombo menjadi kegiatan dan aktivitas yang komersial. Disisi lain para pemuda ada yang memaksa para wisatawan untuk membayar apabila ingin melihat lompat batu atau fahombo.
E.      Tari Perang (Fatele atau foluaya)
Tari Fataele tidak bisa dipisahkan dengan tradisi Lompat Batu Nias, karena lahirnya berbarengan dengan tradisi Homo Batu. Dan tari fataele dan hombo batu sama-sama memiliki fungsi sebagai pelindung kampung. Dahulu kala Suku Nias sering berperang antarkampung. Awal mula tari perang ini muncul pada saat masyarakat desa melakukan ronda atau yang dikenal di Nias adalah Fana’a. Pada saat melakukan ronda mereka mendengar aba-aba bahwa desa mereka diserang oleh musuh, maka seluruh prajurit berkumpul untuk kembali menyerang musuh. Pada waktu penyerangan atau pertempuran yang penduduk desa lakukan, mengambil semua peralatan yang mereka butuhkan pada saat perang. Para prajurit yang akan berperang kemudian memegang perisai dan tombak. Tombak pada tangan kanan digunakan sebagai alat untuk melawan serangan dan menyerang musuh. Sedangkan Perisai yang dipegang pada tangan kiri mereka digunakan sebagai alat untuk melindungi para prajurit perang dari serangan musuh ketika musuh menyerang, apabila musuh menggunakan senjata maupun alat yang bisa mematikan atau mencabut nyawa prajurit.
F.      Perkawinan Suku Nias
Perkawinan dalam adat Nias merupakan hal yang paling penting dan sangat bersifat sakral. Perkawinan dalam adat Nias sudah ditentukan dengan siapa dia akan menikah, pertunangan itu dimulai sejak anak-anak. Selama proses pertungan hingga akhirnya nikah, sang gadis tidak boleh memperlihatkan dirinya ke pasangannya. Perkawinan boleh dilakukan dnegan kerabat mereka sendiri, tetapi harus mencapai 10 tingkatan atau 10 generasi. Perempuan dianggap sebagai sumber kehidupan, menikahi  perempuan di Nias disebut juga MANGAI TANOMO NIHA ( mengambil benih manusia ) yang terdapat pada pihak perempuan yang disebut dengan istilah UWU atau Sibaya atau Ulu ( artinya = paman /saudara ibu ). Perempuan dilambangkan sebagai hulu atau kehidupan dan laki-laki disimbolkan sebagai hilir atau kematian. Maka untuk memiliki kehidupan, lelaki harus melawan arus sungai atau manoso disebut Soroi Tou, menuju hulu atau pihak perempuan yang berada diatas ngofi atau tepian sungai kehidupan itu.
Tahap-tahap dalam mencari jodoh adalah sebagai berikut :
a.      Manandra Fangifi (Daerah Tuhegewo, Amandraya, Aramo) artinya yaitu mereka melihat jodonya baik atau tidak berdasarkan mimpi calom mempelai laki-laki.
b.     Famaigi todo manu (Lolowa’u) artinya yaitu melihat jodoh baik atau tidak dari pemeriksaan jantung ayam.

Ketika sang mempelai laki-laki telah menemukan jodohnya, maka selanjutnya mempelai laki-laki harus melakukan beberapa adat atau langkah yang harus dilakukan oleh mempelai laki-laki. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1.     Kunjungan kerumah mertua (Fangoro)
Pihak laki laki yang akan melamar mempelai perempuan, menyampaikan lamaran secara resmi kepada pihak perempuan. Sebagai tanda jadi peminangan diserahkan Afo si Sara,  yang berupa :
·       Tawuo = sirih
·        Betua = kapur sirih
·       Gambe = gambir
·       Fino = pinang
·       Bajo = tembakau

Yang kemudian semua daun lembar sirih sebanyak 100 disusun dan kemudian dibungkus dengan rapi. Pertunangan ini memiliki acara ini dan secara resmi yang berlangsung di rumah pihak perempuan. Pada proses tahapan ini masih longgar atau yang dikenal dengan istilah fohu-fohu bulu ladari ( diikat dengan dun ladari ). Dan masih dapat dibatalkan dengan resiko apapun juga. Pada acara pertungan didaerah moro dikenal dengan sebutan famaigi bowo. Acara pertungan ini dipimpin oleh satua famigi  bowo atau seorang pembawa acara meliputi :
Penyerahan babi jantan hidup yang berukuran 7 alisi (50 kg). Penyerahan Afo si Sara (sirih) kira-kira 100 lembar,gambir 25 biji ,tembakau 1 ons, pinang 20 biji, kapur sirih 1 ons, dibungkus dengan baik, dalam bungkusan diselipkan cincin belah rotan (suasa) untuk bahan tukar cincin, jika dipakai cincin emas dianggap menantang pihak perempuan tentang jujuran.
Kepada pihak mempelai perempuan disampaikan maksud dan tujuan kedatangan, kemudian disambut oleh ketua adat pihak perempuan,setelah selesai lalu dilanjutkan makan bersama.
2.     Penentuan Jujuran (Fanema Bola)
            Acara penghitungan jujuran ini disebut femanga bawi nisila hulu ( = artinya seekor babi dibelah dua dari kepala sampai ekor; separoh untuk perempuan dan separohnya untuk lelaki. Kunjungan pihak perempuan ke rumah pihak lelaki tanpa disertai penganten perempuan, hanya disertai saudara laki-laki dari pihak  perempuan. Kedatangan pihak perempuan disambut dengan memberikan 2 ekor babi besar (50 kg) untuk dimakan bersama, kemudian babi dibelah sama rata. Sebagai simbol kesepakatan untuk mempersatukan dua keluarga sebagai tanda pertunangan tidak dapat dibatalkan lagi. Jika batal perempuan harus mengembalikan jujuran berlipat ganda atau pihak pria tidak menerima jujuran jika batal sepihak oleh pria. Acara ini pertunangan mempunyai nama yang berbeda pada setiap daerahnya yang  disebut dengan :
• Fanunu manu sebua ( Daerah Laraga )
• Famorudu nomo ( Moro’o)
• Fangerai bowo ( Daerah Aramo,To’ene)
• Fanofu bowo ( Bawomataluo )
• Mamalua angeraito bowo

Besarnya jujuran yang harus dibayar oleh pihak laki-laki berbeda. Tergantung pada derajat sosial dan wilayah adat yang dimiliki oleh pihak laki-laki tersebut. Derajat sosial pada daerah Nias Selatan terbagi atas :

a.      Si’ulu ( Kaum Bangsawan )
b.     Si’ila ( Kaum Cerdik Pandai )
c.      Sato ( Masyarakat Awam )

Derajat sosial di Nias Utara, Tengah, Barat terbagi atas :

a.      Bosi si siwa
b.      Bosi siwalu
c.      Bosi si fitu
3.     Pembayaran Uang Mahar

Keluarga pria datang ke pihak perempuan untuk membayar mahar dengan membawa seperangkat sirih dan 10 gram emas. Pihak perempuan menyambut dengan menyediakan 3 ekor babi, untuk :

a. Satu ekor untuk rombongan yang datang.
b. Satu ekor untuk ibu pengantin pria
c. satu ekor lagi dibawa pulang hidup-hidup

4.     Melihat Babi Adat
Pihak perempuan yang datang kemudian melihat kedua ekor babi perkawinan yang telah disediakan oleh mempelai laki-laki. Cocok atau tidak menurut persyaratan, kedua ekor babi tersebut melambangkan kedua pihak keluarga mempelai, dan babi itu dipelihara secara khusus sejak kecil hingga pada akhirnya besarnya mencapai sekitar 100 Kg atau bahkan lebih, babi tidak boleh ada cacat pada tubuhnya, ekornya mesti panjang,  dan warna bulunya harus sama dan tidak boleh berwarna belang atau merah, warnya harus satu hitam atau putih. Babinya harus berwibawa (terlihat dari taring, ekornya ,bulu tengkuknya). Pada saat fanu’a bawi pihak pria harus menyediakan dua ekor babi untuk dimakan secara bersama dan pada saat pihak perempuan akan pulang kerumahnya mempelai laki-laki kemudian menyerahkan  10 gram emas dan sebagian daging babi tadi.
Materi acara dalam Fanu’a Bawi adalah :

®    Menentukan hari dan tanggal perkawinan (falowa)
®    Persiapan sehubungan perlengkapan perkawinan.
®    Menghitung/mengingatkan jumlah mahar yang masih belum dibayarkan
Besar bowo (mahar) ditentukan dengan tinggi rendahnya kedudukan yang dimiliki dalam adat. Penerimaan Bowo adalah sebagai berikut :
®    Tolambowo ( orang tua kandung ) menerima 100 gram emas
®    Bulimbowo ( famili terdekat ) menerima 20 gram emas dan dibagi rata.
®    Pelaksanaan penerimaan bowo ini dilakukan pada waktu pesta perkawinan.
5.     Mengambil beras bantuan (Fangai’ Bowo)
Setelah adat melihat babi, kemudian pihak perempuan datang kembali kerumah pihak laki-laki untuk mengambil bantuan beras. Hal dilakukan sebagai tanda bahwa perkawinan tidak boleh berubah lagi atau dibatalkan. Jumlah beras yang diambil adalah sebanyak = 4 Zoe + 2 Lauru.
6.     Nasehat untuk calon mempelai (Famae’e)
Pada saat acara fame’e dimulai maka dibunyikanlah gong (aramba) dan gendang (gondra) secara terus menerus, hingga sampai hari pesta akan dilaksanakan. Sang mempelai perempuan kemudian akan dipingit, untuk menjaga kesehatan dan kecantikan yang dimilik. Dalam adat Suku Nias, peran paman sangat dihormati (paman atau disebut sibaya, saudara laki-laki ibu sigadis)sebelum pernikahan akan dilangsungkan, maka pihak perempuan melaksanakan Fogauni Uwu (Mohon doa restu Paman untuk pelaksanaan pernikahan).
7.     Mengantar babi adat (Folau Bwi)
Sehari sebelum perkawinan akan dimulai pihak laki-laki harus mengantar kedua ekor babi perkawinan dan seekor pengiringnya ke rumah keluarga pihak perempuan. Dua babi adat ini diberangkatkan dari rumah keluarga laki-laki dengan menggunakan upacara adat  tertentu, dan disambut oleh pihak perempuan juga dengan upacara tertentu sambil dengan mengucapkan syair yang berbalas-balasan. Kedatangan rombongan pihak laki-laki disambut dengan memotong dua ekor babi yang dimakan bersama yang kemudian juga akan dibawa pulang. Acara ini disebut Fondroni Bawi, dengan rincian pembagian Babi Adat adalah sebagai berikut :
Babi yang pertama yaitu babi yang paling besar untuk keluarga perempuan (So’ono) dan pihak paman si gadis (Uwu)
Babi yang kedua, di khususkan bagi warga kampung keluarga perempuan (Banua) dan pihak laki-laki (Tome)
Menguliti dan memotong-motong babi ternyata tidak bisa dilakukan sembarangan orang. Karena babi yang paling besar jatuh pada keluarga yang paling dihormati oleh keluarga yang membuat  pesta, demikian seterusnya hingga babi yang paling kecil. Yang paling sulit adalah melepas rahang (simbi) pada babi, karena simbi tidak boleh rusak. Simbi adalah bagian paling berharga dari babi.
8.     Pesta perkawinan dilakukan didua tempat (Falowa)
§     Pesta perkawinan yang diadakan dirumah mempelai perempuan.
Pada saat hari pernikahan sang paman datang dan disambut dengan memotong dua ekor babi penghormatan, kemudian rombongan penganten Pria datang membawa keperluan Pesta dan  menyerahkan sirih sebagai tanda penghormatan. Penyelesaian bowo untuk tolambowo (orang tua kandung) menerima 100 gram emas dan Bulimbowo (famili terdekat) menerima 20 gram emas dan dibagi rata kepada semua famili. Demikian juga io naya nuwu (mahar untuk paman) turut dibayarkan. Puncak acara dilaksanakan fanika gera’era atau membuka  yaitu perhitungan kembali semua mahar (jujuran/bowo atau disebut juga boli gana’a (boli yaitu harga ana’a artinya emas) baik yang sudah maupun yang belum dilunasi, oleh pihak keluarga laki-laki . Arti bowo adalah budi baik. Setela acara diatas selesai kemudian dilanjutkan dengan acara pemotongan Babi Adat, yang dipotong dengan cara, dibelah dari atas sampai ekor dibagi 2. Yang kemudian dibagi sama rata susai adat.
§     Mengantar penganten wanita (Famasao Ni’owalu)
Pelaksanaan dirumah tempat laki-laki, Penganten perempuan kemudian ditandu oleh saudara laki-laki si gadis di kursi tandu yang telah dihiasi. Di rumah pihak laki laki rombongan disambut dengan upacara adat ( fangowai ) dan tari maena serta doa salam serta sirih. Rombongan dijamu dengan pemotongan babi yakni :
a.      Ekor untuk yang mengantar
b.      2 Ekor untuk same’go ( ibu penganten perempuan )
c.      2 Ekor untuk para tamu

Penganten perempuan lalu diserahkan kepada pihak penganten laki yang disambut oleh dua orang ibu muda yang belum mempunyai anak. Pengantin wanita diberi nama baruatau gelar yang diawali kata saorta yang artinya pelabuhan atau barasi yang artinya emas termahal yang mempunyai makna bahwa pengantin perempuan telah menjadi anak mertuanya.
G.                Alat Musik Tradisional Nias
Alat musik pukul

            Koko (pentungan) merupakan jenis alat musik paling sederhana. Terbuat dari kayu dengan panjang bervariasi antara 30 hingga 50 cm dan berdiameter antara 30 hingga 40 cm. Bagian tengahnya dilubangi hingga menyisakan dua atau tiga sentimeter di seluruh sisinya. Awalnya, koko berfungsi sebagai alat komunikasi antar penduduk untuk berkumpul saat ada pertemuan desa atau saat terjadi kemalangan. Namun, kini koko juga difungsikan sebagai alat musik pengiring. Cara memainkannya yakni dipukul menggunakan kayu berdiameter 5 cm dengan panjang yang disesuaikan dengan ukuran kokonya.

Alat Musik Gesek


Raba, alat musik gesek sejenis rebab tapi ukurannya lebih kecil. Badan raba terbuat dari tempurung kelapa. Posisi memainkannya bisa seperti biola (horizontal) atau bass (vertikal). Raba hanya terdiri dari satu msenar.
Lagia, alat musik yang hampir sama dengan rebab tapi ukurannya lebih besar. Lagia juga hanya memiliki satu senar dan dimainkan dengan posisi vertikal. Badan lagia terbuat dari pohon nibung. Menurut cerita, alat musik ini diciptakan oleh seorang laki-laki bernama Ba’uruna. Ia seorang penderita kusta yang diusir dari kampungnya. Untuk menghibur diri, ia membuat lagia lalu memainkannya.

Alat musik petik
Alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik ini adalah duri mbewe. Bentuknya seperti gunting kecil, terbuat dari besi dan diberi kawat. Cara memainkannya adalah dengan menempatkannya diantara bibir menggunakan tangan kiri, lalu jari telunjuk kanan yang memetik kawat pada alat musik tersebut. Hanya satu nada saja yang dihasilkan.

Upacara Adat Masyarakat Nias
Maluaya Famadaya Hasi Zimate
Upacara adat selalu mewarnai kehidupan orang Nias mulai dari ketika seseorang berada dalam kandungan, lahir, bertumbuh,  hingga pada kematian. salah satunya adalah pelaksanaan upacara kematian yang disebut “Maluaya Famadaya Hasi Zimate (prosesi pengangkatan peti jenazah)”

Pelaksanaan upacara pelepasan jenazah ini bisa dikatakan sangat jarang sekali dilaksanakan di Pulau Nias. Sebab, hanya orang-orang yang mampu dan tergolong bangsawanlah, yakni(si’ulu) dan golongan penetua adat (si’ila), yang mampu melakukan upacara ini. Untuk golongansi’ila tidak semua keluarga boleh menyelenggarakan upacara adat ini, tergantung bagaimana peran almarhum di masyarakat selama dia hidup.

2 komentar:

  1. Emperor Casino | Shootercasino
    Emperor Casino is the premier online 바카라 casino and entertainment destination in the region. Discover unique and exclusive casino games, get the latest bonuses and ‎Mobile Casino · ‎About Us · 제왕 카지노 ‎Contact worrione Us

    BalasHapus
  2. The casino at Encore Boston Harbor has one more slot machines - JTM
    the 삼척 출장마사지 first-ever room-scale slot 안산 출장안마 machine inside a Wynn Resort in the and will offer the 부산광역 출장안마 newest slot machines at หาเงินออนไลน์ its new, upscale Encore Boston 김해 출장마사지 Harbor

    BalasHapus